Minggu, 26 Oktober 2008

Sikap Terhadap Uang

Ditulis berdasarkan kotbah Amos Hosea pada tanggal 19 Okt 2008, di Gereja Duta Injil.

Uang atau kekayaan bagaikan api, dapat menjadi penolong bagi manusia, namun dapat pula mencelakakan manusia. Hidup di dunia ini sangatlah sulit tanpa uang. Namun, bagaimanakah sikap yang benar terhadap uang?

Mari kita lihat apa kata firman Tuhan mengenai sikap seorang yang beribadah kepada Tuhan, terhadap uang dan kekayaan.

I Timotius 6:6-10

- Ayat 6: Memang ibadah itu kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar.

Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa cukup memberi keuntungan besar. Bukankah keuntungan besar berarti kekayaan? Artinya, rasa cukup, memberi kekayaan. Hal ini berbeda dengan hukum dunia ini yang meyakini bahwa kekayaanlah yang dapat memberi rasa puas.

Dalam perbincangan sehari-hari, seringkali dikatakan bahwa manusia tidak pernah merasa puas. Ketika suatu keinginan sudah tercapai, maka keinginan akan hal yang lain muncul. Artinya, keberhasilan, kekayaan, uang tidak mampu memberi rasa puas bagi manusia.

Beberapa ciri dari orang yang tidak memiliki rasa puas adalah: selalu merasa ada yang kurang; menyesali impian yang tidak tertuntaskan; tidak bisa santai; merasa tidak menemukan pasangan yang tepat; tidak henti-hentinya membandingkan diri dengan orang lain; selalu menginginkan hal-hal yang tidak ia miliki; serta selalu bosan dan gelisah.

Sebaliknya menurut firman Tuhan, ketika manusia merasa puas, maka ia menjadi kaya. Mungkin timbul pertanyaan, apa yang dimaksud dengan menjadi kaya disini? Menurut pemikiranku, inilah yang dimaksud dengan kaya. Ketika aku puas, aku merasa cukup, ketika aku merasa cukup, aku tidak akan keberatan untuk membagi apa yang aku miliki dengan orang lain. Bukankah orang yang membagi miliknya dengan orang lain adalah orang yang kaya?

Jadi saudara-saudaraku, marilah kita belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan, dan bersukacitalah senantiasa, seperti yang difirmankan pada 1 Tesalonika 5:16-18 "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."

- Ayat 9: Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

Orang-orang yang menginginkan kekayaan cenderung jatuh ke dalam dosa, demi mengejar kekayaan tersebut. Lebih baik mencari kekayaan di sorga dari pada di dunia.

- Ayat 10: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.

Ketika manusia mencintai uang, kekayaan, maka peluang untuk berbuat jahat menjadi besar, karena manusia cenderung melakukan apapun demi yang dicintainya, sekalipun dengan cara yang tidak benar. Salah satu ciri orang yang hidupnya dikuasai oleh uang adalah bila hidupnya dikuasai oleh kekuatiran.

Agar hidup kita tidak dikuasai oleh uang dan kekuatiran lakukanlah Matius 6:33; "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Tuhan menjanjikan bahwa ketika kita mendahulukan untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita. Dalam kata semuanya itu tercakup pula kekayaan.

Terpujilah nama Tuhan yang maha tinggi, yang mampu memberi kepuasan dalam hidupku.



Tidak ada komentar: